Oct 20, 2016

Bukan Berarti Heartless Itu Anti Peka, Berikut Alasan kamu memilih jadi Heartless daripada kemakan harapan palsu

Kebanyakan orang, lemah dengan kata rasa, di tulisan sebelumnya aku sudah membahas tentang rasa yang membuatku semakin melemahkan segala yang ada di diriku. Namun, kali ini aku tidak akan membahas tentang kelemahan itu. Kekuatan yang akan menambahku semakin mengerti akan arti kehidupan. Jadi, dalam tulisan ini aku membahas tentang kekuatan sejati yang akan membuat setiap orang yang membacanya semakin kuat akan rasa.

So, apakah kamu sudah tahu apa itu kekuatan yang bisa menguatkanmu? Kekuatan itu sejatinya ada pada dalam dirimu sendiri. Aku menyebut kekuatan yang kuat sampai tak ada yang menandinginya kecuali akan kehendak Tuhan, yaitu kekuatan HEARTLESS.

HEARTLESS adalah kekuatan anti galau yang akan membuang segala keraguan tentang rasa. Heartless itu sangat ampuh banget buat kamu yang mudah putus asa, tukang galau dan juga nggak bisa menahan rasa. Heartless itu apa sih? Heartless itu bukan berarti kamu tidak punya hati, tapi kamu harus menjadi orang yang kuat dan tidak mudah termakan akan godaan. Heartless bukan berarti juga kamu nggak punya hati, tapi kamu take it easy untuk semua masalah yang sedang kamu hadapi.

Ada beberapa alasan kenapa kamu harus jadi orang yang heartless. Berikut baca dengan seksama yuk biar kamu bisa jadi orang yang strong dan anti baper.

1. Heartless bisa menghindarkan dari rasa GR

Siapa sih yang nggak punya rasa GR waktu sang gebetan ngasih kita perhatian? Pasti kamu merasa kalau gebetanmu itu sudah punya rasa ke kamu, sebenarnya sang gebetan itu memang baik sama semua orang. Tapi, kamunya aja yang sering banget ke GR-an. Maka dari itu, disinilah fungsinya HEARTLESS biar kamu nggak terlalu sering merasa GR yag pada akhirnya bakalan bikin kamu sakit sendiri. Heartless ini akan merubahmu menjadi orang yang cuek.

2. Heartless bisa bikin kamu cepat move on

Yes, absolutely kalau heartless bisa bikin kamu cepet banget move on alias bangkit dari keterpurukan. Ada banyak orang yang nggak bisa move on karena mereka terlalu merasakan kesedihan yang membuat mereka tetap tidak mau merubah hal itu. Nah, disini heartless berperan sangat kuat banget karena itu bisa menggugah pikiran positifmu dan memberikan semangat kalau kamu masih bisa bertahan hidup selama kamu masih punya Tuhan dan keluarga yang menyayangimu. Heartless pada dasarnya akan mengajarkanmu bagaimana caranya menjadi orang yang sudah ditempa oleh berbagai macam masalah. Jadi, kalau kamu heartless saat kamu punya masalah, just take it easy then. You will always have a chance or way to get out of it. So, just be fun and enjoy your life although you still have lots of problem, just do it.

3. Dengan heartess, kamu bisa meraih apa yang kamu inginkan dengan mudah

Banyak orang bilang kalau meraih impian. Itu harus dengan rencana yang matang dan dipikirkan terlebih dahulu. Ya, itu sih emang benar adanya. Tapi, kalau kamu kebanyakan mikir, kapan jalanin semua impianmu. Maka dari itu, kamu butuh banget heartless biar kamu gak kebanyakan mikir dan impianmu bisa tercapai. Kamu harus mengesampingkan hal-hal dan orang-orang yang nggak berperan penting buat hidupmu ataupun masa depanmu. Life must go on if its without you, man!

Jadi, kamu yakin masih mau jadi orang yang ANTI HEARTLESS? Yakin juga kamu masih nggak mau membaca artikel ini kalau ternyata manfaat yang kamu dapar dari heartless itu banyak. Jangan lupa, like, share, comment, follow dan subscribe ya. :)

Oct 6, 2016

Kamu, Yang Selalu Mengajarkanku Kehidupan, Tapi Kamu Lupa Bagaimana Caranya Aku Menjalani Kehidupan Kalau Tanpamu

Tak terasa sudah kembali ke musim penghujan. Musim dimana aku dan kamu saat itu sedang diselimuti kebahagiaan. Bahkan tetesan air hujan pun tak pernah kita merasakan kedinginan karena kita saling berpegang erat satu sama lain. Hujan yang membawa semua kenangan pahit yang harusnya sudah sirna namun tergenang kembali dipikiranku.

Aku tak tahu arah dan tujuan saat itu, hanya kau yang selalu setia mengarahkanku pada sebuah visi yang sangat kita idamkan. Namun, Tuhan ternyata tidak berkehendak. Tuhan tak mengijinkan kita berpegangan erat selamanya. Beliau mengirimkan sebuah cobaan berat buatku karena ulahmu. Aku lebur menjadi butiran abu, mudah tersapu oleh hembusan angin rayuanmu. Jangan kalian pikir musibah tersebut tentang hal-hal yang tidak senonoh ya, namun musibah ini sangat membuatku merasa bernanah. Hanya beberapa sahabatku lah yang tahu tentang sekilas cerita yang sangat memuakkan ini.
Memuakkan? Lantas mengapa aku masih saja menginginkan hal ini untuk diceritakan? Karena akan menjadi sebuah pelajaran, pelampiasan, pengertian, penobatan dan pemberian maaf terakhir buat kamu. Memang semua salahku, karena terlalu mengikutimu, menggantungkan segalanya yang aku punya kepadamu, mematikan hidupku sendiri hanya untukmu, membutakan seluruh arah, meredupkan cahaya kesempatan yang datang untukku. Namun, aku menutupnya rapat-rapat dan membuangnya jauh-jauh seakan aku tidak membutuhkan orang lain, selain kamu.

Selama 8 tahun juga aku terlalu kau manjakan, kau enakkan, kau sanjungkan, kau tinggikan, kau acungi jempol, kau positifkan, kau anugerahkan, kau abadikan. Namun, selama 8 tahun pula, kau remehkan, kau penatkan, kau ramaikan, kau khianati, kau sakiti, kau lampaui, kau bohongi, kau caci, kau maki, kau buang, kau abaikan. Pun, aku tetap selalu setia disampingmu meskipun seribu kali aku mencoba untuk menghilangkanmu dari hiduku, Namun, aku tak bisa.
Aku terlalu terhanyut akan tutur katamu yang menyejukkan hati, santunmu yang membuatku terngiang, ramahmu kepada orang lain yang membuatku selalu merasa damai. KAMU! Kenapa kamu begitu sempurna dimataku yang fana ini? KAMU! Kenapa begitu tega berperilaku sedemikian rupa sehingga kau tega menjadikanku sebagai putrimu.

Kamu ajarkanku bagaimana cara mengatasi segala sesuatu. Kamu tuntun aku bagaimana cara menjalani hidup yang benar, tanpa rasa iri hati, dengki, pemaaf, tak congkak dan juga selalu menjadikan air bagi insan yang sedang rindu akan kesegarannya.
Tapi, yang aku sangat kecewa padamu, kamu tak pernah mengajarkanku bagaimana cara hidup tanpamu. Kamu tak pernah mengajarkanku bagaimana cara hidup mandiri tanpamu. Kamu tidak pernah menyentuhkku dengan kata "mandiri" dan "terbiasa" tanpamu. Bahkan, kamu tidak pernah membahas sedikitpun tentang apa artinya kehidupan kalau itu tanpamu!

Aku tak bisa menahan hasrat untuk mengenang segala kelembutanmu, ketololanmu dan juga kesempurnaanmu. Kamu dulu segalanya, bahkan melebihi keluargaku. Kamu dulu bagaikan Raja yang tak pernah aku sedikitpun akan tega menjauh darimu. Kamu dulu laksana jantungku, aku akan mati jikalau itu tanpamu.

Apa ini yang disebut cinta? IYA! Namun, apa ini juga yang disebut dengan sayang? BENAR! Dan, apa ini juga yang dinamakan CINTA SEJATI? TEPAT SEKALI!

Kau tahu, aku tertarik padamu karena matamu yang menyilaukan sanubariku pada masa putih abu-abu. Kamu yang selalu aku nanti disetiap aku melewati lorong sekolah di depan kelasmu. Kamu, yang selalu aku tunggu du halaman sekolah. Kamu, yang selalu aku intai setiap sehabis upacara pagi. Dan, tak ada bosannya aku masih saja menaruh harapan ke kamu yaitu, cinta pada pandangan pertamaku. Terenyuh rasanya ketika aku masih belum tahu yang namanya kerasnya kehidupan, lantas kau datang dengan menghubungiku melalui ponsel buntutku.

Kamu, dengan sejuta paras indahmu datang dan berbincang. Untuk pertama kalinya, hal itu masih teringat jelas bahkan masih nyata dipikiranku. Kamu yang dulu berambut gondrong, kini menjadi 2cm. Kamu, dengan santunnya kau menceritakan pahitnya kehidupan. Dari situlah, aku tahu kalau kamu memang benar-benar orang yang tangguh, kuat dan juga sudah tertempa akan kejamnya dunia.

Namun, karena kebodohanku, aku terlena dengan lelaki lain. Sikap bodohku masih tetap saja tidak berhenti, bahkan sampai sekarang. Sikap terbodohku yaitu MUDAH BOSAN dengan segala sesuatu yang ada. Entah kenapa hal ini sangat menghantuiku disetiap waktu. Bosan, aku tak mau menyalahkanmu namun memang ini adanya aku. Dengan alasan bosan, aku meninggalkanmu terpuruk. Lalu,aku bersamanya dan kau juga tak tahu arah dan tujuanmu kalau tanpaku.

Otak bodohku kembali berguman kalau aku telah merasa bosan dengan lelaki ini. Lantas, aku mencampakkan dia begitu saja dan aku kembali padamu. Kertas yang rapi, lalu terlipat dan tidak akan bisa kembali ke bentuk semulanya yang rapi dan menawan. Begitu juga denganmu, kamu yang tak mau memaafkanku sampai pada akhirnya aku masih bersih kukuh untuk mengejarmu bahkan sampai keujung dunia sekalipun.

Tuhan baik padaku saat itu, kamu mau memaafkan tingkahku yang masih bocah. Dan kita bersama kembali. Sampai dengan cerita yang sama, yaitu otak tololku berkata kalau aku sudah mulai bosan lagi denganmu dan ada seorang lelaki yang mendekatiku, dia begitu menawan dan baik hati. Tak ada bosannya, aku kembali meninggalkanmu. Akhirnya, ada suatu musibah yang sangat membuatku harus memutuskan hubungan dengan lelaki itu. Dan, lagi-lagi Tuhan masih baik dengan sikap bocahku ini. Aku kembali padamu dan kamu juga masih mau memberikan pelukan hangatmu padaku. Kisah tersebut tidak berhenti sampai disini, kisah ini berlanjut sampai yang terakhir kalinya, aku memutuskan untuk tidak akan meninggalkanmu lagi.
Aku sudah membuang semua otak tololku, sikap bocahku dan juga hal-hal yang membuatku berpikiran tentang "BOSAN". Aku tak mau berjelaga lagi dengan penat yang membelenggu. Terima kasih kau sudah mampu membunuh segala penat yang ada dan kita akhirnya saling mengisi, mengerti, memahami, mendalami dan menyeriusi.

Sepertinya, saat musibah itu, Tuhan sedang marah sekali padaku karena kelakuan nakalku terhadap orang tuaku. Aku tidak mengikuti kata orang tuaku yang mana untuk meninggalkamu. Lantas, aku masih tetap mempertahankanmu dengan segala kekuranganmu. Aku mau menutupinya, namun sampai kapan aku harus menutupinya. Apa sampai aku tak berkutik lagi? Sampai tubuh mulai membiru gemas akan tingkahmu yang semakin menjadi. Aku tak tahu harus bagaimana, Tuhan ternyata selalu bersama ridho orang tua.

Musibah itu...
Membuatku tercengang, terbelanga dan ternganga. Entah kenapa Tuhan mengujiku dengan musibah yang tak pernah ku duga sebelumnya. Aku yang dulunya sangat kuat bersamamu, kini menjadi sangat rapuh dan selalu berkecil diri. Aku yang dulunya mampu menutupi segala kekuranganmu, berubah menjadi seorang yang penuh acuh padamu. Apalagi, kau juga yang memperkeruh keadaan. Kau menambah bebanku, beban yang seharusnya aku sudah muak, lalu kau tambah lagi dengan beberapa pikulan lagi. Aku harus bagaimana?
2 November 2015,
Saat itu, aku memutuskan semua bebanku bersamamu. Segala rasaku harus segera aku akhiri sudah. Aku menyudahinya, aku menguburmu dengan sejuta beban yang kau tlah kau beri. Terima kasih atas pikulan beban selama ini. Biarkan aku memikul bebanku sendiri tanpamu, meski kau tak pernah mengajarkanku bagaimana caranya hidup penuh bebabn tanpamu.

Saat ini, aku tak tahu engkau berada dimana, sedang berbuat apa dan bersama siapa. Yang aku tahu saat ini, aku merindukanmu. Aku merindukan sosok lembut itu hadir disampingku. Aku tak kuasa menahan rinduku karena kau begitu memberikan kehidupan namun kau tak pernah memberitahuku tentang bagaimana caraku memaknai kehidupan kalau tanpamu.
Aku, yang engkau sia-siakan selama setahun ini. Entah sampai kapan aku masih tetap saja mengingat segalanya tentangmu, jelas bahkan tak samar. Aku tidak ada niatan sama sekali untuk melupakanmu. Biarkan hal indah itu menjadi kenangan terpahit dan terindah dalam hidupku. Tak kuasa sekali mataku menahan segala bendungan air mata ini. Padamu jua, aku akan menggoreskan luka yang menyakitkan tapi dapat meneteskan emas yang tak ternilai harganya.

Sekian kisah kerinduanku ini terhadapmu
Padamu salam rinduku, si gondrong IGBL.

Oct 5, 2016

Diriku Saat Ini, Nampaknya Akan Sangat Berjuang Dengan Kesendirian

Lama sekali aku tak pernah menyapa kalangan blogger. Aku hanya terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, sehingga tidak ada lagi hasrat untuk menulis. Tapi, kali ini aku akan meluangkan sedikit waktuku untuk mengisi semua keterbengkalaian ini.

Sebelumnya, aku sudah menulis tentang diriku sendiri dimana aku yang hanyalah seorang gadis penuh dengan liku-liku percintaan yang tak layak untuk ditulis. Namun, apalah daya aku tak punya sesuatu yang menarik untuk ditulis melainkan hal rumit tersebut.

Berbeda, kali ini aku akan menulis tentang diriku saat ini, saat dimana aku tidak lagi hidup dengan cinta. Pada tanggal 5 Oktober 2016, dimana aku tidak lagi memiliki sebuah hasrat untuk mengulang kembali pahitnya kisah kasih yang tidak terjadi disekolah, tapi dimanapun kasih berada. Mari kita mulai.

Keterpurukan, pasti akan dirasakan oleh setiap makhluk yang bernafas. Manusia terpuruk, jatuh, begitu pula dengan hewan yang kelaparan, kedinginan dan juga tumbuhan yang kekeringan memohon kepada sang hujan agar segera membasahinya. Pun, manusia yang akan lebih banyak merasakan keterpurukan tersebut karena manusia punya suatu rasa yang bisa membuatnya semakin menjadi-jadi. Semakin kau menjadi seorang yang perasa, akan semakin terpuruk pula hal pahit yang kau alami. Eh, tapi itu hanya menurutku, kenapa? Karena hal itu sudah sangat terbukti sekali pada pahitnya pengalamanku tentang rasa.

Kalau bicara soal rasa, sepertinya tidak akan ada habisnya, seperti dunia ini yang lingkaran dan tidak berujung. Begitu pula dengan rasa, rasa juga tidak akan pernah berhenti mengetok pintu hati setiap manusia yang lemah. Aku bilang kalau rasa itu bisa membuat kamu semakin lemah, tapi rasa yang akan membuatmu menjadi seorang yang rapuh. Terkadang, rasa juga yang akan membuatmu kuat namun itu hanya sesaat.

Aku sudah penat dengan rasa yang meracuni setiap pikirku, membumbuinya dengan ketidak berdayaanku, menyajikannya dengan hal pahit, bahkan membunuhku secara perlahan tetapi enggan pula untuk memastikan. Rasa, kamu sangat berperan sekali dikehidupanku, sampai aku tahu semua arti kehidupan, mulai dari aspek terkecil sampai terbesar. Rasa, kau yang mengajarkanku tentang kegagalan, jatuh bangunnya kehidupan sampai kehilangan orang yang sudah aku rasa benar. Rasa, entah aku sudah kehabisan akal kalau bicara tentangmu.

Dulunya, aku perasa sekali. Ya, perasa sampai orang berkata aku hanya mengandalkan rasa. Seperti, rasa belas kasihan kepada orang terlalu tinggi, rasa tidak enakan, rasa ketidak adilan alias iri hati, rasa ketidak benaran alias fitnah, rasa ketidak pantasan dan semua rasa tersebut dulunya itu memang sudah bersahabat denganku.

Namun, saat ini aku sudah berubah. Aku sudah bukan aku yang dulu, yang dengan mudah sang rasa menghampiriku sampai pada akhirnya melemahkanku. Rasa, sekarang kamu tidak akan pernah lagi menyentuh sanubariku. Aku sudah menempanya dengan lapisan yang tidak akan engkau tembus, kecuali rasa pada orang-orang yang sudah melekat denganku selama berpuluh tahun lamanya. Rasa, aku tidak bermaksut untuk berkhianat denganmu, tapi aku harus melawan semua ketidak berdayaan ini.

Lantas apa hubungannya aku dengan rasa saat ini? Karena rasa telah memberiku segunung bahkan selangit kenangan pahit bersamanya, aku tidak akan mudah menjadi seorang perasa, lagi. Selongsong hatiku sudah aku putihkan, segenap jiwaku sudah aku tempa dan dinding hatiku sudah aku lapisi dengan tembok emas, jikalau emas itu bersinar maka silaunya akan menyulapkan mata. Ya, itulah aku sekarang. Aku yang tidak perasa akan menjalani sisa hidupku dengan kesendirian. Kesendirian yang membuatku merasa kuat, tak memiliki rasa berlebih, pun juga tak akan menyakiti diriku sendiri karena aku hanya sendiri.

Sendiri, berteman sepi, bersahabat sunyi, berselimut pagi dan terlupakan oleh senja yang menyaji. Aku, hanyalah manusia yang tak bernyali untuk merasakan sebuah rasa yang patut diuji. Aku, bergumam sendiri, berpeluk api, bersandarkan wangi sang melati dan bersiap untuk menelusuri kemana arah angin akan membawaku ke tempat yang selayaknya aku ditakridkan.

Entah sampai kapan aku akan berjuang dengan semua yang tak perasa ini. Entah sampai kapan pula akau akan menjadi orang yang penuh dengan kesendirian. Jangan biarkan aku bermain dengan egoku. Jangan biarkan aku bersenam dengan syahduku. Jangan biarkan aku berdendang dengan petikan gitarku.

Hanya putusan dari sang waktulah yang akan menjawab. Diriku saat ini, yang nampaknya akan sangat berjuang dengan kesendirian karena tidak akan ada lagi rasa yang berlebihan didalam sosokku.